Minggu (9/8), kegembiraan sedang menyelimuti masyarakat Singapura. Negara terkaya di Asia Tenggara dan salah satu mitra Indonesia itu merayakan ulang tahun ke 50. Wilayah yang dulu sangat miskin tersebut, sekarang memiliki kekuatan Regional, baik di bidang ekonomi, politik, militer, walaupun hampir tidak memiliki sumber daya alam yang mumpuni.
Pada abad 7 hingga 12 masehi, pulau yang kini bernama Singapura dulunya bernama pulau Tumasik. Wilayah ini dulunya dibawah kendali Kerajaan Sriwijaya yang kemudian di ambil alih oleh oleh Kesultanan Johor yang sekarang di kenal dengan Malaysia.
Pada masa Perang Dunia Kedua, Jepang mengalahkan Inggris dan menguasai Singapura. Jelang Perang Dunia berkecamuk, warga Singapura aktif menuntut perluasan aktif menuntut perluasan otonomi khusus dari penguasa kolonial. Partai politik bermunculan, salah satunya Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dipimpin Lee Kuan Yew.
Di akhir perang, Jepang kalah, Inggris kembali dan memberi status Singapura status otonomi khusus seperti Malaysia. Pada pemilihan umum 1959, Lee Kuan Yew terpilih menjadi Perdana Mentri. Sejak menguasai pemerintahan, Lee dan PAP membayangkan negara kota itu harus begabung dengan pederasi Malaya. Lee khawatir singapura akan kehabisan Sumber daya, khususnya air bersih. Nyaris 70 persen warga penduduk miskin, warga peranakan Tioanghoa, India dan etnis lain tidur di pemukiman kumuh.
Pada 31 Agustus 1963, Singapura resmi bergabung dengan Federasi Malaysia, bersama Sabah dan Serawak. Sayangnya sepanjang awal 1960, etnis Melayu banyak menyerang penduduk Tionghoa karena dipicu isu ekonomi. Warga mayoritas Singapura merasa terdiskriminasi. Lee akhirnya memberanikan diri berpisah dengan Federasi Malaysia pada 9 Agustus 1965.' Kemerdekaan ' mendadak itu membuatnya frustasi.
"Saat ini kami merdeka, Singapura merupakan kota yang cukup bobrok. Banyak kerusakan sehabis perang, namun akhirnya kami mulai membangun kembali," Cerita Lee Kuan Yew.
Lee lalu merumuskan beberapa kebijakan yang sangat terkenal. Misalnya mewajibkan warganya untuk menabung, mengatur angka kelahiran, menghaous pajak untuk pabrik yang mau menjadikan Singapura basis ekspor, hingga memberi denda tinggi supaya wargatidak buang sampah sembarangan, merokok atau meludah sembarangan.
Deangan tangan besi, pemerintah PAP merombak Singapura menjadi negara yang disegani. Tangtangan lain Singapura adlah arus imigran ke negara itu, yang kurang disukai warga pribumi. Meroketnya biaya hidup juga jadi keluhan warga Singapura.
Terlepas dari Pro-Kontra soal dominasi Lee Kuan Yew, keluarganya, dan PAP dalam memimpin Singapura, nyatanya pada abad 21 Singapura telah terlepas dari jeratan kemiskinan. Pendapatan Per Kapita mencapai USD 56.284, salah satu yang tertinggi di dunia . Warga Singapura menikmati pendidikan dan kesehatan yang bekualitas, seta angka kriminalisasi rendah untuk negara maju.
Sumber : Merdeka.com
2 komentar
Click here for komentarSemoga INDONESIA bisa bangkit jugak dari keterpurukan ini..
Replyya semoga saja Indonesia gak makin terpuruk lagi, Terima kasih gan atas kunjungannya
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon